KEIMANAN
BAB I
Pendahuluan
Allah
Swt berfirman dalam surat Ibrahim ayat 24-27:
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik[1]seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu
memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan
kalimat yang buruk[2] seperti
pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi;
tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan Ucapan yang teguh itu[3]dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim
dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
Allah
meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan-ucapan yang baik dalam
kehidupan dunia maupun di akhirat, dan membiarkannya sesat orang-orang yang
zalim serta berbuat apa yang ia kehendaki tanpa mentaati segala yang telah ditetapkan.
BAB
II
Pembahasan
A.
Iman, Islam, Ihsan dan Hari Kiamat
Pengetahuan
akan hal tersebut tentu sudah sangat akrab ditelinga kita. Akan tetapi
bagaimana orang yang beragama islam belum tentu mengetahui secara detail apa
makna, hakikat dan tanggung jawab sebagai seorang muslim akan hal tersebut.
Sedangkan muslim dengan kesempurnaannya tentu menyertai kehidupannya dengan
Islam, Iman, Ihsan. Di dalam Al Qurán maupun Sunnah banyak sekali dalil-dalil
yang menerangkan akan keimanan, salah satunya terdapat dalanm Al Qurán surat An
Nisa’ ayat 136:
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Didalam
kitab Lu’lu’ Wal Marjan dalam sebuah hadits dikatakan:
Artinya:
Abu Hurairah Ra berkata: Pada suatu hari ketika nabi Muhammad Saw duduk bersama
sahabat, tiba-tiba datang
seseorang bertanya: Apakah Iman? Jawab Nabi Saw.: Iman Adalah percaya adanya
Allah, dan malaikat Allah, dan akan berhadapan dengan Allah, dan pada Nabi
utusan Allah dan percaya pada Hari bangkit dan kubur. Lalun ditanya: Apakah
Islam? Jawab Nabi Saw.: Islam adalah menyembah kepada Allah dan tidak
mempersekutukanNya dengan suatu apapun, dan mendirikan sembahyang. Lalu
bertanya: Apakah Ihsan? Jawab Nabi Saw.: Islam adalah menyenmbah pada Allah
seakan-akan anda melihatNya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. Lalu bertamnya:
Bilakah hari kiamat? Jawab Nabi Saw.: Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada yang menanya, tapi saya memberitakan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda)
akan tibanya hari Kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya,
ndan jika pengembala onta dan ternak lainnya telah berlomba menmbangun gedung-gedung, termasuk
dalanm lima macam yang tidak dapat mengetahuinnya kecuali Allah yang tersebut
dalam ayat:
“Sesungguhnya
hanya Allah yang mengetahui, bilakah hari kiamat, dan Dia pula yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu, dan tidak seorangpun yang
mengetahui apa yang akan terjadi esok hari dan tidak seorangpun mengetahui
dimanakah dia akan mati. Sesunsungguhnya Allah Maha Mengetahui
sedalam-dalamnya”.
Kemudian
pergilah orang itu. Lalu Nabi Saw menyuruh sahabat: kembalilah orang itu!
Tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi Saw. bersabda: Itu
Malaikat Jibril datang untuk mengajar agama kepada manusia.(Bukhari Muslim)
1.
Iman
Iman
menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah Syariát adalah
meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikannya dengan
anggota badan.
Seorang
muslim ketika dia beriman mampu menguasai eksistensinya sebagai hamba Allah.
Dalam kesehariaanya mampu mengingat sebagaimana dia mengingat sesuatu yang
jaraknya lebih dekat dari pembuluh daranhnya, dialah Muhammad Saw. akan tetapi
pada kenyataannnya sampai saat ini banyak sekali umat Islam yang tingkat
keimanannya baru sampai pada tahap pengenalan saja. Sebatas percaya pada rukun
Iman yang enam. Hanya mengikrarkan dengan lisanm dan meyakini dengan hati.
Padahal Iman juga memerlukan penghayatan dan pengamalan. Hal tersebut karena
iman merupakan kepercayaan yang mutlak.
Dengan
demikian tebal tipisnya tingkat keimanan seseorang dapat dilihat dari
perilakunya sehar-hari yaitu, sejauh mana orang tersebutmematuhi segala
perintah Allah dan meninggalkan larangannya. Perilaku seseoranng yang
mencermninkan kesempurnaan Imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan
seluruh cabang iman dalam kehidupan sehari-hari. Adapun cabang iman tersebut
terdiri dari enam puluh sampai tujuh puluh cabang. Sesuai dengan hadits dibawah
ini:
“Menurut Abu Hurairoh RA, Iman itu
cabangya ada enam pulunh hingga tujuh puluh cabanng. Dan cabang yang paling
tinggi dan paling afdhol adalah ucapan kalimat Lailahaillalloh (tiada tuhan
selain Allah). Sedangkan cabangnya yang paling rendah adalah nmenyingkirakan
gangguan yang terdapat di jalan. Malu adalah sebagian dari Iman”.
Pilar-pilar
Iman
Pilar-pilar
Iman dibawah ini menurut ulama’Sunni berdasarkan dalil-dalil yang tersebut
dalam Al Qurán dan Hadits, yaitu:
a.
Beriman kepada Allah Swt
Sebagaimana pengertian iman, yang
disebut dengan beriman kepada Allah yaitu percaya kepada Allah. Dengan adanya
kepercayaan yang ada pada diri seseorang, maka seseorang tidak akan mudah
berpaling dari apa yang dia percayai, dan apabila sebuah kepercayaan tetap ditanamkan
kemudian ada faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi, akan timbul pada diri
seseorang tersebut keyakinan, adapun bentuk pengaplikasiannya sebagaimana telah
disebutkan dalam Al Qurán maupun hadits, dia akan menjalankan segala bentuk
perintah dan akan menjauhi segala bentuk larangan yang merupakan bentuk
perintah Allah.
Orang yang yakin akan keimanannya, akan
melakukan berbagai cara untuk kesempurnaannya, termasuk mengaktualisasikan
pribadinya sebagai hamba Allah. Akan merasa sangat rendah karena Allah Maha
Tinggi, akan merasa lebih kecil karena tentu Allah Maha Besar, merasa tidak ada
apa-apanya karena Allah Maha Segalannya, dan masih banyak sekali segala bentuk
kenikmatan yang dapat dirasakan saat mengabdi pada Allah Swt.
b.
Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah
Swt
Malaikat adalah salah satu makhluk Allah
yang mana malaikat tersebut adalah makhluk yang tidak pernah sekalipun
mengingkari Allah. Apa yang Allah
perintahkan, malaikat akan langsung mengerjakan. Malaikat juga tidak pernah
membantah apa yang Allah perintahkan, bahkan ketika Allah menyuruh malaikat
untuk bersujud di hadapan manusia. Dalam
surat Al Hijr, ayat 29-30:
Artinya: Maka apabila aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.[4]
Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama, Kecuali iblis, ia
enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.
Dalam ayat tersebut menerangkan bahwa
malaikat bersedia untuk sujud kepada manusia. Lain halnya dengan Iblis yang
mengelak akan hal itu.
Malaikat berbeda dengan Iblis walaupun
pada dasarnya memang sama-sama tidak terlihat. Malaikat tercipta dari Nur
(cahaya), sedangkan Iblis tercipta dari api yang sangat panas, maka
dikatakanlah api tersebut bisa membakar
bagi mereka yang lemah imannya. Seseorang yang lemah iman yang secara
terus-menerus tertimpa musibah akan merasa Allah tidak menyayanginya, bahkan
lama-kelamaan dia akan berpaling, bisa jadi dia akan terjerumus pada hal-hal
yang tidak Allah kehendaki dan akan menyekutukan Allah, maka sebelum semua itu
terjadi marilah umat Islam sekalian meningkatkan keimanan diantara kita. Jadi,
jelaslah sudah perbedaan antara malaikat dan iblis.
c.
Beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt
Sebagai orang yang beriman kepada Allah
kita wajib sepenuhnya percaya bahwa shuhuf-shuhuf dan kitab-kitab yang Allah turunkan kepada
nabinya seperti kitab taurat kepada nabi Musa, Injil kepda nabi Isa, Zabur
kepada nabi Daud, dan Al qurán kepada nabi Muhammad Saw bukanlah karangan para
nabi sendiri, melainkan benar-benar Kalamullah yang Allah turunkan melalui malaikatNya.
Kitab tersebut merupakan petunjuk dari
Allah Swt pada para nabi yang diamanati berdasarkan kondisi umatnya. Adapun
kitab-kitab yang turun sebelum adanya syiár agama Islam, yang bertujuan untuk
merangkul umat agar yakin dan percaya adanya Allah.
Artinya: Dan Allah akan mengajarkan
kepadanya Al Kitab[5]
hikmah, Taurat dan Injil
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Huraira dikatakan bahwa Rosulallah Saw. bersabda: “tidaklah ada
seorang nabi melainkan iya telah diberikan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan
Allah) yang dengan ayat itu manusia menjadi beriman, dan sungguhnya apa yang
diberikan kepadaku adalah wahyu yang
diwahyukan oleh Allah, maka aku berharap agar pengikutku paling banyak diantara
nabi-nabi yang lainya kelak di yaumul Qiyamah.”
d.
Iman kepada Rosul-Rosul Allah
Nabi dan Rosul adalah utusan Allah yang
senantiasa wajib diketahui oleh umat muslim. Karena Nabi diutus oleh Allah
untuk membimbing manusia kedalam ajaran yang hak. Adapun jumlah Nabi dan Rosul
ada 25 mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, yang merupakan khotamul
ambiya’ wal mursalin. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa manusia
harus meyakini bahwa telah diutus manusia mulia dialah Nabi dan Rosul sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan pada manusia.
e.
Iman kepada hari kimat
Kita harus percaya bahwa kehidupan di
dunia ini hanyalah sementara sedangkan kehidupan yang kekal yaitu di
ahirat.senbagai tanda perpindahan kehidupan umat manusia dari alam dunian ke
alam akhirat, Allah telah menetapkan adanya hari kiamat, setelah hari berakhirnya segala kehidupan didunia.
Sebagai seorang muslim harus percaya
akan adanya hari tersebut dan kejadian tersebut tidak bisa disangka maupun
didustakan. Karena sudah merupakan ketentuan dari Allah. Ketika hari itu tiba
manusia sudah tidak ada artinya, dalam surat Al-Waqiáh ayat 1-6, dengan
sejelas-jelasnya Allah telah menjelaskan tentang hal tersebut.
Apabila terjadi hari kiamat, tidak
seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu
golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
Maka jadilah ia debu yang beterbangan,
f.
Iman kepada qodo’ dan qodar
Saat menciptakan manusia Allah sudah
menatapkan usia, rizki, dan jodoh. Dengan demikian segala sesuatu yang baik
atau yang buruk semata-mata hanya datang dari Allah Swt. Akan tetapi Allah
mendorong manusia untuk tidak menyerah begitu saja pada takdirnya. Firman Allah
“sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka yang
merubahnya sendiri”.
Adapun selain pilar-pilar iman yang
telah dijelaskan, masih ada pilar-pilar yang lain, diantaranya:
1.
Beriman terhadap adanya hari kebangkitan
2.
Beriman terhadap hari dikumpulkanya
manusia di padang mahsyar
3.
Beriman bahwa tempat kembali bagi orang
mu’min adalah surga dan tempat orang kafir adalah neraka
4.
Beriman bahwa mencintai Allah itu Wajib
5.
Beriman bahwa takut kepada Allah itu
wajib
6.
Beriman bahwa mengharap ridho Allah itu
wajib
7.
Beriman bahwa bertawakkal kepada Allah
setelah berusaha
8.
Beriman bahwa mencintai nabi Muhammad
itu wajib
9.
Beriman bahwa kita wajib mengagungkan
dan menghormati nabi Muhammad
11.
Setia terhadap agama yang dianutnya.
Orang yang demikian jika disuruh antara mati dan mnenjadi kafir maka ia akan
memilih mati
12.
Mencari ilmu adalah bagian dari iman
13.
Menyebarkan ilmu pengetahuan adalah
bagian dari iman
14.
Memuliakan al-Qur’an adalah bagian dari
iman
15.
Bersuci wudhu dan mandi adalah sebagian dari
iman
16.
Menegakan sholat adalah bagian dari iman
17.
Mengeluarkan zakat adalah bagian dari
iman
18.
Berpuasa ramadhan adalah bagian dari
iman
19.
Beri’tikaf walau sebentar adalah bagian
dari iman
20.
Berjuang atau berjihad di jalan Allah
adalah bagian dari iman
21.
Siap berjuang dijalan Allah adalah
bagian dari iman
22.
Pantang mundur menghadapi musuh adalah
sebagian dari iman
23.
Membagi harta rampasan pada yang berhak
adalah bagian dari iman
24.
Memerdekakan budak karena Allah adalah
bagian dari iman, dan sebagainya sampai cabang ke tujuh puluh sembilan.
2.
Islam
Secara bahasa kata Islam berasal dari
bahasa arab, yang
berarti selamat, sentosa dan damai.. dari kata salima sendiri diubah menjadi kata
yang berarti berserah
diri atau masuk dalam kedamaian, menyerahkan diri, setia, tunduk, patuh, taat.
Kata itulah yang menjadi kata
Islam yang mengandung arti segala yang terkandung dalam makna pokoknya. Oleh
karena itu, orang yang berserah diri, tunduk, patuh, taat itulah yang disebut
orang muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, patuh
dan berserah diri pada Allah.
Dari segi kebahasaan dapat kita
simpulkan bahwa islam itu patuh, berserah diri pada Allah adalah dalam rangka mencari
keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut
tentunya dilakukan atas dasar kesadaran dan kemampuan diri sendiri, bukan
karena paksaan dari orang lain apalagi pura-pura, melainkan sebagai panggilan
atas fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan
patuh dan tunduk kepada Tuhan.
Dengan demikian kata Islam,secara
antropologis menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh
kepada Allah. Ketaatan ini membawa timbulnya pemahaman terhadap orang yang
tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah sendiri.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah
akan kita dapati perbedaan pendapat yang berbeda. Menurut Harun Nasution bahwa
Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan dari Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad Saw sebagai Rosul.
Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi
dari kehidunpan manusia, tetapi dari mengenal banyak segi.
Sementara itu Maulana Muhammad Alin
mengatakan bahwa Islam adalah agam perdamaian, dua ajaran pokoknya, yaitu
keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata,
bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Di luar negeri, nama agama sering
dinisbahkan pada nama pendirinya. Di Persia misalnya nama Zoroaster dinisbahkan
pada nama pendirinya Zarasthura (W. 583 SM). Begitu juga nama Islam dinisbahkan
pada nama Muhammadinism dan Muhammadean untuk agama Islam menurut Nasrudin Rozak,
bukan saja tidak tepat. Akan tetapi, secara prinsipil salah. Peristilahan ini
bisa mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap
nabi Muhammad.
Hubungan antara Iman
dan Islam
Iman dan islam merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan. Abdul A’la Maududi mengatakan,”bahwa hubungan
antara iman dan ihsan adalah laksana hubungan antara pohon dengan akarnya.
Sebagaimana pohon tidak dapat tumbuh tanpa akarnya, demikian pula mustahil
seorang bisa menjadi muslim yang hakiki tanpa memiliki kepercayaan.
Islam diibaratkan seperti bangunan suatu
gedung, sedangkan iman adalah pondasinya. Islam tumbuh di atas syari’at,
syari’at itu ditumbuhkan oleh kepercayaan. Dengan demikian tidaklah terdapat
syari’ah dalam islam melainkan adanya kepercayaan. Kesimpulannya, syari’ah
tanpa kepercayaan adalah laksana bangunan yang tinggi tanpa pondasi (dasar)
yang kuat.
Oleh karena itu, iman merupakan masalah
yang mendasar dalam islam. Hal ini bisa disimak dalam sejarah mnunculnya islam,
bahwa Rasulullah Saw selalu memulai kegiatan dakwahnya dengan menanamkan soal
keimanan atau kepercayaan.
3.
Ihsan
Kata احسان secara etimologi berasal
dari bahasa arab yang berarti
"kesempurnaan" atau "terbaik." Dalam terminologi Ihsan
berarti seseorang yang menyembah Allah
seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya,
maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Berdasarkan hadist riwayat
Muslim dari Abu Hurairah
ra.:
Dari Abu
Hurairah ra., ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah SAW muncul di antara kaum
muslimin. Lalu datang seseorang dan berkata: "Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?".
Rasulullah SAW bersabda: "Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari
Kebangkitan akhir".
Orang itu
bertanya lagi: "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?".
Rasulullah SAW bersabda: "Islam, yaitu engkau beribadah kepada Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan
berpuasa di bulan Ramadhan".
Orang itu
kembali bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?".
Rasulullah SAW bersabda: "Yaitu engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka
ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu".
Orang itu
bertanya lagi: "Wahai Rasulullah, kapankah Hari Kiamat
itu?". Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang ditanya tidak
lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan melahirkan
majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula
miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila
orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah
bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya
diketahui oleh Allah".
Kemudian
Rasulullah SAW membaca Surat Luqman ayat 34:
Artinya:
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat
dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Kemudian orang
itu berlalu. Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Panggillah orang itu
kembali!". Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka
tidak melihat sesuatu pun. Maka Rasulullah SAW bersabda: "Itu tadi
adalah Jibril,
yang datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka.
4.
Hari Kiamat
Hari kiamat
adalah hari berakhirnya hidup ini. Pada
hari itu bumi digoyangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat, dan
mengeluarkan beban berat yang dikandungnya. Dewasa ini sudah banyak tanda-tanda
akan hari kiamat dan hal-hal tersebut sudah tidak tabu lagi dikalangan kacamata
muslim. Tanda-tanda tersebut berdasarkan kacamata muslin terbagi menjadi dua,
yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda yang besar.
Adapun
tanda-tanda yang kecil yang sudah tampak sebagian dalam kehidupan sekarang ini:
a.
Ajaran Islam kurang diperhatikan kaum
muslimin.
b.
Jumlah ulama’ yang sesungguhnya semakin
sedikit, justru banyak orang yang tidak tahu tentang islam mengaku ulama besar.
c.
Perzinahan sudah bukan hal yang baru
lagi, dan sudah dijadikan adat kebisaan masyarakat.
d.
Mabuk-mabukkan sudah bukan hal yang
dianggap haram
e.
Jumlah perempuan sudah semakin banyak
dibanding jumlah laki-laki, dan mereka sudah tidak mau berpakaian lagi.
f.
Banyak wanita yang menyerupai pria.
Selain
tanda-tanda yang kecil, banyak juga tanda-tanda yang besar, dan semakin kita
rasakan, diantaranya:
a. Waktu
berputar semakin cepat. Inilah yang sering rasakan. Padahal pekerjaan ndikerjakan seperti biasa dan
tidak ada yang berubah. Tapi waktu seolah-olah berlalu sangat cepat
b.
Ka’bah roboh.
c. Matahari
terbit dari sebelah barat.
d. Keluar
binatang aneh.
e. Keluar
Dajjal.
f. Adanya
Ya’juj Ma’juj.
g. Keluarnya
Imam Mahdi.
h. Turunnya
nabi Isa.
i.
Banyaknya tulisan-tulisan dalam Al
Qur’an dan tiada seorangpun yang hafal bacaanya.
j.
Segenap manusia menjadi kafir, dan
inilah tanda paling akhir menjelang kiamat.
Pada saat
sekarang umat manusia walaupun mengetahui akan hal tersebut, tetap saja tidak
peduli dengan keadaan yang ada. Mereka cenderung menikmati dan hanya pasrah.
Orang yang beriman saja, jika imannya tidak kuat dan tidak punya pondasi yang
kuat untuk membentenginya, cenderung akan terjerumus ke dalam ha-hal yang
sesat.
B.
Kadar Iman berkurang karena maksiyat
Maksiyat adalah
suatu perbuatan yang dilakukan manusia secara sadar maupun tidak sadar
(khilaf), baik yang merugikan orang lain maupun yang merugikan diri sendiri,
yang dilarang oleh syari’at islam dan bagi yang melakukannya akan berdosa.
Tentang definisi maksiyat ini, tidak terpaku pada satu definisi akan tetapi
bagaimana orang itu mendefinisikan yang jelas orang islam sendiri harus tahu
apa itu arti maksiyat.
Didalam keimanan
seseorang, maksiyat merupakan musuh utama yang harus diberantas karena maksiyat
akan mengurangi tingkat keimanan seseorang. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: “Abu
Hurairoh Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda, Tidak akan berzina seorang
pelacur diwaktu berzina jika ia sedang beriman. Tidak akan minum Khamr, diwaktu
minum jika ia sedang .beriman. dan tidak akan mencuri, diwaktu mencuri jika ia
sedang beriman. Dalam nriwayat yang lain: dan tidak akan merampas rampasan yang
berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas
jika ian sedang beriman.( Bukhari Muslim)
Dari hadits
tersebut tentunya dengan mudah dapat kita pahami bahwa ketika manusia
dihadapkan pada suatu kemaksiatan, jika iman seseorang saat itu sedang lemah
maka yang terjadi dia bisa terjerumus ke dalam kemaksiyatan. Tapi menurut
hadits di atas, sejelek-jeleknya perilaku seseorang ketika dia sedang beriman,
dia bisa menghindari akan kemaksiyatan tersebut.
Jadi, iman pada
diri seseorang itu mengalami fluktuasi (naik turun), sebagai seorang muslim,
harus pandai membentengi dirinya dikala keimanan menurun. Karena dikala iman
menurun, disitulah syetan berperan. Karena janjinya pada Allah yang terdapat
dalam surat Al Hijr ayat 39:
Artinya: Iblis berkata:
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Dari firman
tersebut, janji Iblis kepada Allah adalah untuk menyesatkan manusia sampai
kiamat dan bagi manusia yang tersesat jalannya akan mengikuti iblis di neraka.
Karena semua bentuk iblis bagaimanapun akan
memasuki neraka Jahannam (nerakan paling tinggi atau neraka yang paling
kejam diantara yang paling kejam).
C.
Malu adalah sebagian dari iman
Malu
didefinisikan sebagai sikap menahan diri dari perbuatan buruk atau hina. Sifat
malu ini merupakan gabungan dari sifat takut dan iffah (menjaga kesucian
diri).
Pendapat lain
mengatakan bahwa malu adalah takut akan dosa karena melakukan perbuatan yang
tidak terpuji. Ada juga yang berpendapat bahwa malu berarti menahan diri karena
takut melakukan sesuatu yang dibenci oleh syariat, akal, maupun adat kebiasaan.
Pengertian yang disebutkan terakhir ini lebih umum dan mencakup definisi yang
cukup luas.
Rasulullah SAW
mengingatkan bahwa yang benar justru adalah tidak menghilangkan rasa malu dalam
diri saudaranya. Biarkan saja seseorang memiliki sifat malu. Ia adalah akhlak
yang disunnahkan. Karena malu adalah sebagian dari iman.
Karena sifat
malu itu, menurut Ibnu Qutaibah, "Dapat menghalangi seseorang untuk
melakukan kemaksiatan sebagaimana iman."
Dalam sebuah
hadits telah dijaelaskan bahwa malu adalah sebagian dari iman.Abu Hurairah R.A.
berkata: Nabi Saw. berkata: Iman itu cabangya ada enam pulunh hingga tujuh
puluh cabanng. Dan cabang yang paling tinggi dan paling afdhol adalah ucapan
kalimat Lailahaillalloh (tiada tuhan selain Allah). Sedangkan cabangnya yang
paling rendah adalah menyingkirakan
gangguan yang terdapat di jalan. Malu adalah sebagian dari Iman”
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai manusia
yang diberkahi kemampuan untuk memikirkan sekaligus mengaplikasikan apa yang
telah disyari’atkan, sepatutnya manusia percaya terlebih dahulu terhadap Allah,
Rasul-rasulNya, dan segala ketentuan yang telah ditetapkan.
Percaya
merupakan awal dari segalanya. Karena dengan manusia percaya dan kemudian
meyakini, manusia lebih mantap untuk menjalankan segala ketentuan dalam agama. Allah
meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan-ucapan yang baik dalam
kehidupan dunia maupun di akhirat, dan membiarkannya sesat orang-orang yang
zalim serta berbuat apa yang ia kehendaki tanpa mentaati segala yang telah
ditetapkan.
Dengan
iman seseorang akan dapat menjadi seorang yang ihsan. Karena dengan ihsan pada
hakikatnya adalah beribadah seolah-olah melihat Allah. Sedangkan hal tersebut
harus dilakukan dengan adanya percaya dan yakin adanya Allah. Dengan begitu
segala amal ibadah yang dilakukan seseorang atas landasan percaya akan adanya
Allah dan mengaharap ridho Allah Swt.
Daftarn Pustaka
Al
Qur’an Wat Tarjamah
Fu’ad
Abdul Baqi, Muhammad. Lu’lu’ Wal Marjan (tarjamahan H. Salim Bahreisy).
Surabaya: PT. Bina Ilmu
Syueb,
Sudono. Buku Pintar Agama Islam.2006.Deltamedia.
Al
‘Adawy, Musthafa. Fikih Pendidikan Anak. 2006. Jakarta: Qhisty Press.
[1] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid,
segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta
perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
[2] Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur,
syirik, segala Perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
[3] Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah
kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat
24 di atas.
[4] Dimaksud dengan sujud di sini bukan
menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
[5] Al
kitab di sini ada yang menafsirkan dengan pelajaran menulis, dan ada pula yang
menafsirkannya dengan Kitab-Kitab yang diturunkan Allah sebelumnya selain
Taurat dan Injil.
Casinos Near Me | Jackson Hole Casino Resort
BalasHapusJackson Hole Casino Resort is 군산 출장마사지 one of just a few gems in the Jackson Hole Casino 오산 출장마사지 Resort 부천 출장안마 area. With 경주 출장마사지 a stay at Jackson Hole Casino Resort 울산광역 출장마사지 and the