Kamis, 14 Juli 2011

Bisnis Islam


BAB I

A.     Pendahuluan dan Latar Belakang Masalah
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tentang etika bisnis, maka landasan filosofis yang harus dibangun dalam pribadi muslim adalah adanya konsepsi hubungan manusia dengan manusia dengan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya, yang biasa di kenal dengan hablumminAllah wa hablumminanash. Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga"  atau Allah Swtdi setiap aspek hidupnya.
Keyakinan ini harus menjadi bagian dari diri setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena bisnis dalam Islam tidak semata mata berorientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam.
Bisnis Islam yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bekal untuk di akhirat nanti. Artinya bisnis diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Allah Swt atau mengharap pahala dari Allah Swt.
Dengan adanya orientasi diatas maka, kami bermaksud memaparkan makalah kami yang mencoba mendalami akan masalah tersebut.

BAB II

A.     Pembahasan
1. Pengertian Bisnis
Bisnis adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, dengan wujud atau tanpa wujud yang mengakibatkan kenikmatan antara kedunya.[1] Dengan kata lain bisnis merupakan bentuk kerja sama antar satu individu atau suatu kelompok dengan orang lain atau kelompok lain yang kemudian saling menguntungkan antar keduanya.
Di dalam Islam, bisnis merupakan salah satu bentuk wirausaha yang dengan ini menjadikan manusia menjadi suatu pribadi yang menguntungkan diri sendiri juga bermanfaat bagi orang lain. Budaya kewirausahaan muslim itu bersifat manusiawi dan religius, artinya selalu mengedepankan kepentingan agama diatas kepentingan duniawi.

2. Membangun Bisnis Muslim
Bekerja dan berwirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
4
Artinya: dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[2]karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” ( Qs Hud : 61)
Sebagai manusia yang menyandang status Khalifah fil Ardh, manusia dengan keberadaannya tentunya mampu memakmurkan bumi sebagai tempat tinggalnya. Manusia dituntut untuk bekerja.
Yang dimaksud dengan memakmurkan bumi tentunya sesuai dengan eksistensi manusia yang dengan keberadaannya di bumi ini untuk membuat keindahan dan menjauhi kemudhorotan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Adapun eksistensi manusia sesuai kodratnya yaitu menebar kemaslahatan. 
Furman Allah Swt Al Jumu’ah, 8:
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah Swtdan ingatlah Allah Swtbanyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dalam surat ini Allah Swtmenyuruh umatnya untuk bekerja setelah beribadah. Bekerja dengan ibadah tidak hanya untuk mencari keuntungan semata tapi harus sesuai dengan syari’at Islam yang telah ditetapkan.

3. Konsep Bisnis Muslim
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis  sehingga dapat membawa pada pola transaksi bisnis  yang sehat dan menyenangkan. Oleh karena itu, tidaklah cukup mengetahui hukum bisnis  tanpa adanya pengetahuan tentang konsep pelaksanaan transaksi bisnis  tersebut. Pada pemaparan makalah yang kami buat, kami ingin membangun konsep “JARAS”. Apa itu konsep “JARAS”?
Banyak para pebisnis tidak menghiraukan konsep ini. Padahal konsep tersebut merupakan awal untuk bangkit dan menguntungkan. Di samping itu, konsep tersebut juga merupakan komponen dalam konsep bisnis  dalam fiqh Islam yang telah dicontohkan oleh RAsulullah Saw. Jika benar-benar diperhatikan, maka akan dapat membuat pola transaksi bisnis  yang sehat, menyenangkan dan menguntungkan. Konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a)      Jujur
Sifat jujur merupakan sifat Rasulullah saw yang patut ditiru. Beliau menjelaskan kualitas barang tersebut serta tidak pernah berbuat curang bahkan mempermainkan timbangan. Maka, melatih kejujuran dalam pola transaksi bisnis  membawa keberuntungan.
Sebagaimana penjelasan dalam Hadits;
“Dari Abdullah bin Harits. Ia mengadu kepada Hakim bin Hazim ra. Dan beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “pebisnis dapat melakukan khiyar (memilih) selagi belum berpisah atau sampai keduanya berpisah. Apabila keduanya telah setuju dan jelas maka bisnis nya mendapatkan berkah. Dan apabila keduanya saling menekan dan berdusta maka dihapus keberkahan yang ada pada bisnis nya (tidak mendapatkan keberkahan)”. (HR. Al-Bukhari)

b)      Amanah
Amanah dalam bahasa Indonesia adalah dapat dipercaya. Dengan sifat amanah, para pebisnis akan memiliki sifat tidak saling mencurigai bahkan tidak khawatir walau barangnya di tangan orang. Untuk memulai bisnis alangkah baiknya jika berdasarkan pada kepercayaan diantara kedua belah pihak. Oleh karena itu, amanah adalah komponen penting dalam transaksi bisnis .
Sebagaimana tertera dalam Al Quran;
¨  
Artinya: Sesungguhnya Allah Swtmenyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,..(QS. An-Nisa, 58)
  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah Swtdan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Anfaal, 27)

c)Ramah
Banyak orang yang susah untuk berperilaku ramah antar sesama. Sering kali bermuka masam ketika bertemu dengan orang atau bahkan memilah milih untuk berperilaku ramah. Padahal, ramah merupakan sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama Islam untuk siapa saja dan kepada siapa saja. Dengan ramah, maka banyak orang yang suka, dengan ramah banyak pula orang yang senang. Karena sifat ramah merupakan bentuk aplikasi dari kerendahan hati seseorang, murah hati, tidak merasa sombong, mau menghormati dan menyayangi merupakan inti dari sifat ramah. Oleh karena itu, bersikap ramahlah dalam transaksi bisnis  karena dapat membuat konsumen senang sehingga betah atau bahkan merasa tentram jika bertransaksi. Sebagaimana keterangan dalam hadits;
”Dari Jabir Bin Abdullah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: Allah Swtswt akan mengasihi seseorang yang murah hati ketika menjual, membeli dan meminta.” (HR. Al-Bukhari)

d)      Adil
Adil merupakan sifat Allah Swt. Dan Rasulullah Saw merupakan contoh sosok manusia yang berlaku adil. Dengan adil, tidak ada yang dirugikan. Bersikap tidak membeda-bedakan kepada semua konsumen merupakan salah satu bentuk aplikasi dari sifat adil. Oleh karena itu, bagi para pebisnis semestinya bersikap adil, dalam transaksi bisnis  karena akan berdampak kepada hasil bisnisnya. Para konsumen akan merasakan kenyamanan karena merasa tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan. Sebagaimana keterangan dalam Alquran:
¨
Artinya: Sesungguhnya Allah Swt menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Swt memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(QS: An Nisa’:58)

e)Sabar
Sabar merupakan sikap terakhir ketika sudah berusaha dan bertawakal. Dalam bisnis , sifat sabar sangatlah diperlukan karena dapat membawa keberuntungan. Bagi pebisnis hendaklah bersabar atas semua sikap customar yang selalu menawar dan komplain. Hal ini dilakukan agar customar merasa puas dan senang jika bertransaksi. Begitu pula dengan customar, sifat sabar harus ditanamkan jika ingin mendapatkan produk yang memiliki kualitas bagus plus harga murah dan tidak kena tipu. Sebagaimana keterangan dalam Al Qur’an:
 
Artinya: jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah Swtmengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Qs. Al Imron:120)
   Semua yang ada dalam konsep bisnis ini merupakan sebuah alternatif yang dapat dilakukan untuk menjadiakn bisnis kita sebagai ladang pahala. Jika semuanya dapat dipahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari insyaAllah Swt semua kegiatan bisnis kita berorientasi pada keberkahan dari Allah Swt bukan berorientasi pada materi. Bisa kita bayangkan betapa indahnya dunia ini jika semua kegiatan bisnis dapat dilakukan dengan mengharap ridha dari Allah Swt, mungkin tidak ada kegiatan bisnis yang menghalalkan segala cara seperti sekarang ini.
     
      4. Contoh bisnis atau kerjasama dalam Islam
Pengalaman menunjukkan banyak sekali kerjasama yang membuahkan hasil, bahkan tak jarang membawa pelakunya ke dalam kemajuan yang sangat pesat. Namun, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bisnis juga ada yang membawa pelakunya kepada keuntungan berpihak atau keuntungan sepihak. Dimana yang mendapatkan keuntungan hanya satu pihak saja.
Dalam Islam sering kita kenal Musyarokah. Musyarokah yaitu kelembagaan dengan mengadakan kerjasama atau kemitraan dalam berbagai kehidupan, termasuk dalam perusahaan. Akan tetapi sebagian orang memandang keliru tentang bentuk kemitraan tersebut. Mereka memandang bentuk kemitraan bukan merupakan ajaran dari Islam tapi dari barat. Anggapan ini muncul akibat banyaknya kerjasama, baik perdagangan, politik, maupun perusahaan, di dunia barat, termasuk di Asia, Jepang, Cina, Korea dan masih banyak lagi dari negara-negara baik itu dari asia sendiri ataupun luar Asia.
Padahal Islam mempunyai konsep luar biasa akan hal ini. Firman Allah Swt yang terdapat dalam surat Al Maidah, 2:
Artinya: ………dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa……... (Al Maidah: 2)
Jelas sekali ayat diatas merupakan anjuran tentang indahnya bentuk kerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik antar individu, keluarga, lembaga, maupun perusahaan.
Dalam hadits Rasulullah Saw disebutkan bahwa:
“ sesungguhnya Allah Swt  berfirman: “ Aku bersama tiga orang, selama seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada orang lain, dan apabila telah berkhianat yang satu terhadap yang lain, maka aku akan keluar dari mereka.” (HR. abu Dawud)

5. Bisnis Sebagai Ladang Pahala
Dengan memahami bisnis dan berbagai contoh konsep-konsep seperti yang kami paparkan pada makalah ini, setidaknya bisa kita terapkan bisnis yang Islami yang bukan saja berorientasi pada Income tapi juga Ridho Allah. Dengan mendapatkan Ridho dari Allah Swt tentunya tidak merasa canggung atau ganjal dalam melaksanakannya dan  keikhlasan bisa terpatri pada diri kita. Memang sangatlah mudah kita menyebut apa itu keikhlasan, padahal dalam penerapannya pun kita belum mampu untuk itu.
Islam memandang kaitan yang erat antara kerja dengan doa dan ibadah, kaitan ini dapat dirasakan dan direalisasikan dalam perilaku hidup mulim secara teratur, jadi dapat dikatakan bahwa bisnis merupakan ladang pahala jika pada pelaksanaannya ada keterkaitan antara kerja, doa dan ibadah. Kaitan antara kerja dengan  ibadah itu sudah direalisasikan oleh masyarakat Islam sejak generasi awal di Mekkah, masyarakat di anjurkan Nabi Saw untuk melakukan sepertiga hari untuk kerja, sepertiga untuk tidur dan istirahat, dan seprtiga untuk shalat, rilek, serta kegiatan-kegiatan keluarga dan kemasyarakata[3]
Jika kita bekerja atau bisnis tapi dalam pelaksanaannya kita tidak menyeimbangkan antara kerja, do’a dan ibadah, maka kegiatan yang kita lakukan terpisah antara kegiatan dunia dan akhirat, tidak ada keterkaitan antara keduanya. Seharusnya kita menyeimbangkan antara kerja dengan ibadah, jadi semua pekerjaan yang kita lakukan berdasarkan pada Ridha Allah Swt bukan berdasarkan pada Keuntungan semata. Tapi kita juga tidak boleh menghabiskan setiap hari dalam hidup kita hanya untuk beribadah saja.
Ada sebuah kisah menceritakan,”Ada seorang lelaki yang kerjaanya hanya berdiam diri dan dzikir saja, tapi tidak bekerja. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada pemuda tersebut? “Apakah kamu tidak bekerja?, jawab sang pemuda,” saudara laki-laki saya yang bekerja wahai Rasulullah Saw,” lalu Rasulullah Saw pun bersabda: sesungguhnya saudaramu lebih baik daripada kamu.”
Sudah jelas bukan kita harus menyeimbangkan antara ibadah dan bekerja, seperti yang dikatakan Rasulullah Saw "Sepertiga untuk kerja, sepertiga untuk tidur dan istirahat dan sepertiga lagi untuk shalat, rileks, serta kegiatan-kegiatan keluarga dan kemasyarakatan” insyaAllah Swt kegiatan bisnis yang kita lakukan terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak baik.
Jika dalam pelaksanaannya kita dapat melaksanakan bisnis dengan menggunakan konsep JARAS, bukan hanya bisnis kita saja yang diridhai Allah Swt tapi InsyaAllah kita juga akan mendapatkan ketenangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semakin kita bisa memenej kegiatan keseharian kita, maka akan semakin baik semua aktifitas kita yang lainnya.
Bisnis bisa menjadi ladang pahala, bukan saja ladang pahala untuk diri sendiri tapi juga ladang pahala bagi orang lain. Dengan berbisnis, keterkaitan kita dengan orang lainpun pahala. Karena keterkaitan dengan orang lain merupakan bentuk silaturrahmi, karena silaturrahmi itu menjalin kerukunan, keakraban dengan orang lain tanpa permusuhan.
Semakin banyak orang lain menjadi partner atau teman bisnis kita, semakin banyak kita menjalin silaturrahmi, dan semakin banyak kita menyambung silaturrahmi, semakin kita dekat dengan surga. Orang lain yang menjalin keterikatan bisnis dengan kitapun akan merasakan indahnya silaturrahmi yang diwajibkan Islam. Dengan banyak teman, tentu kegiatan bisnis kita semakin maju dan akan menghasilkan pendapatan yang semakin besar.
Semakin besar pendapatan kita, semakin mudah kita untuk menyucikan harta kita. Ini merupakan suatu hal yang wajib dalam Islam. Penyucian harta yang wajib dalam Islam yaitu zakat. Karena di dalam harta yang kita punya terdapat harta orang-orang yang tidak mampu, baik itu fakir miskin maupun yatim piatu. Maka, kita diwajibkan untuk menyucikan harta kita.
Islam juga memberikan ladang pahala untuk bekal kita di akhirat dalam bentuk yang lain. Adapun sedekah, infak merupakan bentuk penyucian harta yang lain. Dengan zakat, sedekah, infak, yang kita lakukan, secara tidak langsung kita sudah meringankan beban orang lain. Tentu orang yang menerima akan senantiasa merasa senang. Dan dengan hal tersebut, tanpa kita sadari akan membuahkan keberkahan pada harta kita.
Berkah bukan berarti harus kaya. Banyak orang kaya yang tidak berkah. Berkah berarti kecukupan atau tercukupi. Walaupun orang miskin atau orang yang pas-pasan tapi pada realitanya dia merasa tercukupi kebutuhannya, itulah yang dinamakan berkah.
Begitu berarti bisnis dalam kehidupan kita yang masih diberi kemampuan untuk melakukannya. Begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil, begitu banyak keindahan yang dapat kita ciptakan dari berbisnis. Dan semua itu merupakan ladang pahala bagi kita.

B.     Penutup dan Kesimpulan
Dari pemaparan makalah kami, kami mendapatkan banyak ilmu.Walau yang telah kami paparkan sebenarnya tidak sebanyak yang ada pada kenyataanya. Tapi, setidaknya kita bisa mencoba dengan menerapkannya sedikit demi sedikit.
Dari makalah kami, kami simpulkan bahwasannya kewajiban seorang muslim selain bentuk ibadah kepada Allah yaitu bekerja. Yang mana bekerja merupakan suatu bentuk kewajiban dalam Islam seperti yang telah di jelaskan dam Al Qur’an surat Al Jumuah ayat 8. Bekerja juga bisa berbentuk bisnis. Adapun Islam juga telah menjelaskan bagaimana bisnis menurut syari’at Islam dan InsyaAllah semua pasti bisa diterapkan.
Dan semakin banyak yang kita ketahui tentang Islam, ternyata bukan hanya ibadah yang langsung kepada Allah saja yang bisa menghasilkan pahala seperti shalat, dalam hal mu’amalahpun kita bisa menciptakan pahala asalkan kita selalu memegang, menjaga, menerapkan syari’at-syari’at yang sudah ditetapkan. Subhanallah…… Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA

Salim segar Al-Djufri, Dr. Islamic Business Strategy for Intrapreunership. Zikrul Hakim . Jakarta: 2006
Badroen, Faisal. Etika Bisnis Dalam islam.  Kencana Pernada Media Group. Jakarta: 2006
Team teaching untag Fakultas Ekonomi. Semarang: 2006





[1] Whilip Kotler Philip,
[2] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
[3] Sayed Husein. Nasr, op.cit. hal 36-37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar